Skip to main content

Idola Kamu Siapa?

Hari ini saya ijin ngantor, tepar karena tensi drop abis. Padahal tadi sudah siap-siap ke kantor, tapi tiba-tiba lemas tidak bisa melakukan apa-apa. Alhasil seharian kegiatan saya hari ini lebih banyak dilakukan di tempat tidur, karena ketika turun dar tempat tidur untuk harus melawan rasa lemas dan gemetaran. Tapi agak memaksakan diri untuk masak ikan kalengan dan nasi untuk jadi penganjal perut hari ini (maklum bujang lokal).

Kembali ke topiknya "Idola Kamu Siapa?" Pertanyaan ini muncul tadi pada saat saya memaksakan diri untuk tidur dan setelah terbangun saya berusaha menuliskannya di blog saya ini. Pertanyan tersebut menjadi pengantar tidur saya. Bingung mau menjawabnya? Tidak.. Saya dari dulu sudah punya idola. Bukan Soekarno, bukan Soeharto, bukan pula Ibu Kartini ataupun Dahlan Iskan apalagi Jokowi ataupun tokoh-tokoh terkenal lainnya baik dar jaman baheula ataupun sekarang.

Idola saya itu adalah orang tua saya, Bapa dan Mama saya. (mulai mewek ni nulisnya.. :p) Kenapa saya sangat mengidolakan mereka, karena saya melihat sendiri perjuangan hidup kedua orang tua saya ini selama 31 tahun membesarkan saya, almarhum kakak saya dan 2 orang adik saya. Seorang guru SD biasa dan seorang pegawai kecil sampai akhirnya mereka bisa memiliki sebuah jabatan kecil di tempat mereka masing-masing bertugas. Walaupun akhirnya mereka harus pensiun tanpa jabatan karena persoalan politik. Ketika dulu harus menjadi kontraktor (tukang ngontrak) pindah-pindah tempat berlindung dari air hujan dan teriknya matahari. Sampai akhirnya bisa memiliki rumah idaman mereka yang proses pembangunan rumahnya pun butuh waktu puluhan tahun sehingga menjadi megah seperti sekarang ini. Rumah kami mulai dibangun tahun 1996 ketika saya masih SMP dan selesai dibangun di tahun 2008, setahun setelah saya selesai kuliah.
Bukan cuma itu perjuangan mereka, kondisi keuangan yang tidak seberapa tetapi harus memenuhi keinginan putri mereka satu-satunya yang bersikeras kuliah di Jogja (tunjuk diri sendiri..!), dengan biaya kuliah di universitas swasta yang tentu saja biayanya selangit belum lagi adik-adik saya yang masih SMA dan SMP. Semua orang tua lakukan tanpa pernah mengeluh depan kami, mengeluh soal orang uang di depan anak-anak adalah hal yang tabu bagi mereka berdua.

Saya sangat bersyukur memiliki orang tua seperti mereka, walaupun dididik dengan otoriter, keras dan disiplin saya berterimakasih dengan semuanya itu. Karena saya sadar ketika saya jauh dari mereka didikan itu yang tertanam dalam hati saya. Jika saya diberi kebebasan dan tidak dididik dengan cara mereka itu, saya tidak bisa membayangkan apa jadinya hidup saya saat ini.
Itulah alasan kenapa saya sayang mengidolakan orang tua saya. Siapa idola anda?




Comments

  1. Iyaa kk... setuju dengan tulisan ini.... Bapa mama.. figur idola yang jadi panutan buat saya juga!!!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bapa pung kue ultah ke-65

Tadi sore masih di kantor Mamtua sms "inda.. kalo pulang na singgah beli mentega putih dengan gula halus untuk bikin krim. Ma su bikin kue untuk Bapa" Wooowwww... Beta senyum2 sambil berpikir "Mamtua bikin kue ultah untuk Bapatua?" Di beta pung keluarga, ini adalah kue ulang tahun pertama yang Mamtua bikin, biasanya pi beli atau ada yang kasih pas Bapatua ultah. Kue ulang tahun bukan suatu keharusan di beta pung rumah kalau ada yang ulang tahun, doa dan makan bersama itu lebih penting. Kembali ke ini kue ultah bikinan Mamtua, biar sederhana dan dengan hiasan seadanya (kerjasama dengan beta ju ooo... ) tapi karena Mamtua bikin dengan cinta untuk dia pung kekasih hati bikin semuanya terasa indah. Bapatua yang tadi ada mengeluh sakit kepala karena tensi naik bisa ketawa lebar, melupakan Bapatua pung sakit kepala dan ikut berbahagia sambil ciom katong satu2. Inilah penampakan kue ulang tahun hasil karya Mamtua Sederhana, jauh dari sempurna tap...

Ketemu Brokoli di Pasar Oeba

Judulnya norak ya... Brokoli aja pake ditulis segala. Tidak apalah dibilang norak yang penting oke.. :p Saya lagi senang karena bisa menemukan brokoli di salah satu pasar tradisional di Kupang, pasar Oeba. Iseng sore tadi saya ke pasar, tujuannya ya belanja kebutuhan pangan.. Membeli beras dan bahan makanan lainnya. Saya menuju ke dalam pasar melalui Jl. Sabu sambil melihat-lihat sayuran yang ada, mata saya pun menangkap sayuran hijau bergizi ini. Masih belum percaya sayapun memperlambat laju motor dan melihat kembali benar tidak yang saya lihat itu brokoli. Ternyata betul.. walaupun tak sebagus brokoli yang saya lihat di pulau Jawa ataupun yang dijual di beberapa supermarket atau swalayan di Kupang. Saya melanjutkan perjalanan untukw membeli kebutuhan yang menjadi tujuan awal saya ke pasar. Selesai membeli semuanya saya pun kembali menelusuri Jl. Sabu untuk pulang sambil mencari dimana tadi penjual brokolinya. Ketemu..! Mama penjual mengatakan harganya 10rb rupiah, mahal ya.. heh...