Saya akan menceritakan perjalanan saya ke Waingapu, ibukota kabupaten Sumba Timur. Sebenarnya ini adalah yang kedua kalinya saya ke tanah leluhur saya ini, tapi perjalanan pertama sewaktu saya berumur 4 tahun.
Menggunakan pesawat TransNusa dengan biaya 1,4 juta untuk PP cukup mahal sih, tapi karena saya ke Waingapu dalam rangka tugas jadi tiketnya dibayarin kantor. :) Transportasi rakyat di kota ini, menggunakan bis antar kota, ada angkot tapi cuma 5 buah, ada juga becak dan ojek pastinya. Selama di Waingapu saya ditemani adik saya Rendy Radjah yang dengan senang hati mengantarkan kakaknya ini keliling Waingapu.
Saya menginap di dekat kantor Stasiun Geofisika Waingapu, dekat juga dengan Bandara Mehang Kunda. Udara yang cukup panas menyambut kedatangan saya, langit Waingapu jarang ada awannya selama saya disana. Selama dua hari saya berada disana, hal yang paling menarik adalah dekat bandara tidak dijumpai warung makan, jadi kami haru ke kota Waingapu yang berjarak sekita 6 kiloan untuk bisa mengisi perut. Tidak apalah yang penting bisa makan.. Tempat makan yang bisa saya rekomendasikan adalah Primadona dengan ikan kuah asamnya yang segar, Mr. Cafe dengan berbagai menu pilihan. Jika malam-malam pengen makan ikan bakar atau seafood, pergilah ke dermaga lama kota Waingapu. Ikannya bisa dipilih sesuai keinginan.
Jika ingin membeli oleh-oleh khas Sumba Timur bisa ke Pasar Baru Waingapu, disitu menjual berbagai macam tenun ikat sumba dengan motif yang beraneka ragam, dan aksesoris-aksesoris lainnya. Oleh-oleh berupa makanan seperti kacang Sumba, Manggulu, Pia Sumba dan lain-lain datang saja ke Toko Utama, pusat oleh-oleh khas Sumba.
Tempat wisatanya banyak, semuanya masih asli. Kekhasan orang Sumba Timur sangat terasa sekali sepanjang perjalanan. Saya menyempatkan diri mengunjungi Bendungan Kambaniru, Patung Kuda di batas kota Waingapu, Pantai Puru Kambera, Pantai Walakeri dan Kampung Raja Prailiu. Sumba yang khas dengan padang sabana nya sangat menggoda saya, eksotis. Kuda, sapi dan kerbau di sepanjang jalan sedang merumput di padang menjadi pemandangan yang menghiasi setiap perjalanan saya.
Eksotis nian tanah leluhur saya ini, sayangnya cuma punya waktu 2 hari. Suatu hari nanti saya akan menyediakan waktu khusus untuk mengunjungimu lagi. :)
Menggunakan pesawat TransNusa dengan biaya 1,4 juta untuk PP cukup mahal sih, tapi karena saya ke Waingapu dalam rangka tugas jadi tiketnya dibayarin kantor. :) Transportasi rakyat di kota ini, menggunakan bis antar kota, ada angkot tapi cuma 5 buah, ada juga becak dan ojek pastinya. Selama di Waingapu saya ditemani adik saya Rendy Radjah yang dengan senang hati mengantarkan kakaknya ini keliling Waingapu.
Saya menginap di dekat kantor Stasiun Geofisika Waingapu, dekat juga dengan Bandara Mehang Kunda. Udara yang cukup panas menyambut kedatangan saya, langit Waingapu jarang ada awannya selama saya disana. Selama dua hari saya berada disana, hal yang paling menarik adalah dekat bandara tidak dijumpai warung makan, jadi kami haru ke kota Waingapu yang berjarak sekita 6 kiloan untuk bisa mengisi perut. Tidak apalah yang penting bisa makan.. Tempat makan yang bisa saya rekomendasikan adalah Primadona dengan ikan kuah asamnya yang segar, Mr. Cafe dengan berbagai menu pilihan. Jika malam-malam pengen makan ikan bakar atau seafood, pergilah ke dermaga lama kota Waingapu. Ikannya bisa dipilih sesuai keinginan.
Jika ingin membeli oleh-oleh khas Sumba Timur bisa ke Pasar Baru Waingapu, disitu menjual berbagai macam tenun ikat sumba dengan motif yang beraneka ragam, dan aksesoris-aksesoris lainnya. Oleh-oleh berupa makanan seperti kacang Sumba, Manggulu, Pia Sumba dan lain-lain datang saja ke Toko Utama, pusat oleh-oleh khas Sumba.
Tempat wisatanya banyak, semuanya masih asli. Kekhasan orang Sumba Timur sangat terasa sekali sepanjang perjalanan. Saya menyempatkan diri mengunjungi Bendungan Kambaniru, Patung Kuda di batas kota Waingapu, Pantai Puru Kambera, Pantai Walakeri dan Kampung Raja Prailiu. Sumba yang khas dengan padang sabana nya sangat menggoda saya, eksotis. Kuda, sapi dan kerbau di sepanjang jalan sedang merumput di padang menjadi pemandangan yang menghiasi setiap perjalanan saya.
Eksotis nian tanah leluhur saya ini, sayangnya cuma punya waktu 2 hari. Suatu hari nanti saya akan menyediakan waktu khusus untuk mengunjungimu lagi. :)
Kampung Raja Prailiu
Jembatan Kambaniru, jembatan terbesar dan terpanjang di Sumba Timur
Pantai Walakeri
Ikan Bakar di Dermaga Lama / Pebuhan Rakyat
Perbukitan eksotis di Sumba Timur
wah itu tempat wisatanya indah bnget jadi kepengen ke sna juga nh min, thanks ya buat ceritanya
ReplyDeletedi tunggu cerita berikutnya