Skip to main content

Malam ke - 9 di RSUD Prof. W. Z. Johannes Kupang



Jangan langsung panik liat judulnya. Bukan saya yang sakit, tetapi Bapak saya. Saya memanggil Bapak saya dengan sebutan "Bapa". Beliau dirawat karena terserang stroke ringan sehingga saya dan mama pun harus ikutan nginap di Rumah Sakit. Mau tidak mau kami harus menginap karena Bapa tidak mungkin ditinggalkan sendirian dan saya tidak tega meninggalkan Bapa hanya ditemani Mama saja di Rumah Sakit walaupun harus bolak-balik, kantor rumah dan rumah sakit.

Malam ini malam ke-9 kami menginap di  RSUD Prof. W. Z. Johannes Kupang, sejak malam pertama Bapa tidak bisa tidur dengan nyenyak karena kesakitan dan karena cahaya lampu di lorong paviliun masuk ke kamar dan tepat mengarah ke tempat tidur Bapa walaupun di kamar lampunya tidak dinyalakan. Konyolnya di malam terakhir ini saya baru menemukan ide untuk menghalangi cahaya lampu tersebut, dengan mangambil syal mama mengikatkan ke tiang infus Bapa dan ke salah satu kabel yang tertancap. Sempat diketawain seorang perawat yang masuk di pukul 22.30 wita untuk menyuntik obat. Tidak apa lah diketawain daripada Bapa tidak bisa tidur.

Saya ceritakan sekilas mengapa Bapa sampai dirawat di rumah sakit.

Bapa terserang stroke ringan, entah benar atau tidak tapi anggaplah begitu karena saya tidak paham dengan istilah-istilah kedokteran. Tangan kanan Bapa, dari bahu sampai jari-jarinya lemah tidak dapat digerakan seperti orang normal, dan terasa sakit dipersendian di bahu. Pada hari Minggu tanggal 23 Juni 2013, Bapa sudah tidak dapat menahan sakit tersebut sehingga kami pun membawa nya ke rumah sakit. Dokter-dokter di UGD melakukan pemeriksaan dan penanganan langsung begitu tiba di UGD. Tensi Bapa sempat mencapai 230/120, dan langsung diminta berbaring di tempat tidur dan langsung diambil sample darah dan dipasangkan kateter (alat bantu kencing) agar Bapa benar-benar bedrest tidak turun dari tempat tidur karena tekanan darahnya sangat tinggi. Takutnya pusing dan jatuh sehingga menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang fatalnya bisa menyebabkan kematian.
Beberapa hari dirawat, Bapa diberikan suntikan obat-obat saraf melalui infus dan beberapa obat minum. Tekanan darahnya pun sudah mulai turun secara perlahan-lahan mendekati normal.

Pada hari ke empat ( Rabu, 26 Juni 2013) dilakukan CT Scan karena dokter kuatir ada perdarahan di otak. Thank God ketika hasil CT Scan keluar, cuma ada penyumbatan kecil di otak kiri yang mengakibatkan otot-otot kanan menjadi lemah. Lega dengan hasil tersebut karena tidak ada perdarahan di otak, yang artinya bahwa Bapa masih bisa kembali ke kondisi tubuh normal.

Therapist pun datang beberapa kali untuk melatih Bapa melakukan gerakan-gerakan untuk mengetahui perkembangan tangan Bapa apakah sudah bisa digerakan dengan baik ataupun kekuatannya. Sedikit demi sedikit Bapa mulai bisa mengangkat tangan walaupun masih terasa sakit di bahu, setiap hari kami latih agar kondisi otot dan saraf-saraf Bapa bisa kembali normal. Saya belikan beliau sebuah bola akupuntur agar bisa di pegang-pegang untuk melatih jari-jarinya. Beberapa kali saya ajak Bapa bermain dengan bola tersebut, bermain lempar dan tangkap bola, karena Bapa orangnya agak malas untuk berlatih sendiri sehingga harus ditemani.

Pagi tadi juga sore setelah mandi, saya ajak Bapa jalan kesekitar rumah sakit. Dokter dan Therapist sudah membolehkan Bapa mandi dan jalan karena tensinya sudah stabil dan normal. Senang sekali melihat wajahnya kembali tersenyum ketika berjalan sepanjang lorong rumah sakit ditemani Mama yang memegang botol infusnya. Walaupun jalannya tertatih-tatih, lengan kanan nya masih tergantung lemah dan lengan kiri masih ada selang infus, Bapa sangat menikmatinya. Beberapa hari terkurung dalam kamar dan hanya boleh berbaring di tempat tidur membuatnya seperti merdeka. Senyum lebar dan tawa terukir diwajah yang beberapa hari ini tampak pucat karena kesakitan.

Malam ini malam terakhir kami menginap disini, besok pagi Bapa sudah diperbolehkan pulang. Malam ini tensi Bapa 120/80, sempat digodain perawat "Bapa su senang oo, ko besok mau pulang makanya tensi su 120 ni.." Bapa hanya menjawab dengan senyum. Malam ini pula Bapa bisa tidur dengan nyenyak karena cahaya lampu dari lorong tidak langsung mengenai wajahnya ketika tertidur. "Tidur lah dengan tenang Bapa sayang, besok katong su pulang.."


Bapa ditangani Dokter dan Perawat di IGD

Beberapa perawat yang bergantian setiap 4 jam sekali menyuntikan obat dan mengukur tensi

Di Ruangan CT Scan
Bapa sedang di ukur tekanan darahnya, tensinya di kaki.. :D
Pembesuk dari Soe
10 hari kos di RSUD Prof. W. Z. Johannes Kupang. :))




Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Idola Kamu Siapa?

Hari ini saya ijin ngantor, tepar karena tensi drop abis. Padahal tadi sudah siap-siap ke kantor, tapi tiba-tiba lemas tidak bisa melakukan apa-apa. Alhasil seharian kegiatan saya hari ini lebih banyak dilakukan di tempat tidur, karena ketika turun dar tempat tidur untuk harus melawan rasa lemas dan gemetaran. Tapi agak memaksakan diri untuk masak ikan kalengan dan nasi untuk jadi penganjal perut hari ini (maklum bujang lokal). Kembali ke topiknya "Idola Kamu Siapa?" Pertanyaan ini muncul tadi pada saat saya memaksakan diri untuk tidur dan setelah terbangun saya berusaha menuliskannya di blog saya ini. Pertanyan tersebut menjadi pengantar tidur saya. Bingung mau menjawabnya? Tidak.. Saya dari dulu sudah punya idola. Bukan Soekarno, bukan Soeharto, bukan pula Ibu Kartini ataupun Dahlan Iskan apalagi Jokowi ataupun tokoh-tokoh terkenal lainnya baik dar jaman baheula ataupun sekarang.

Bapa pung kue ultah ke-65

Tadi sore masih di kantor Mamtua sms "inda.. kalo pulang na singgah beli mentega putih dengan gula halus untuk bikin krim. Ma su bikin kue untuk Bapa" Wooowwww... Beta senyum2 sambil berpikir "Mamtua bikin kue ultah untuk Bapatua?" Di beta pung keluarga, ini adalah kue ulang tahun pertama yang Mamtua bikin, biasanya pi beli atau ada yang kasih pas Bapatua ultah. Kue ulang tahun bukan suatu keharusan di beta pung rumah kalau ada yang ulang tahun, doa dan makan bersama itu lebih penting. Kembali ke ini kue ultah bikinan Mamtua, biar sederhana dan dengan hiasan seadanya (kerjasama dengan beta ju ooo... ) tapi karena Mamtua bikin dengan cinta untuk dia pung kekasih hati bikin semuanya terasa indah. Bapatua yang tadi ada mengeluh sakit kepala karena tensi naik bisa ketawa lebar, melupakan Bapatua pung sakit kepala dan ikut berbahagia sambil ciom katong satu2. Inilah penampakan kue ulang tahun hasil karya Mamtua Sederhana, jauh dari sempurna tap

Donasi Buku SD Lentera Harapan Kupang

Sekolah yg luar biasa, selama 1 minggu kemarin mereka menyelenggarakan Pekan NTT dan Book Day. Seminggu penuh anak-anak beserta guru dan karyawan menggunakan tenunan NTT, lalu diakhiri dengan lomba peragaan busana serta makan pangan lokal NTT bersama. Selain itu juga ada Book Day dimana anak-anak diminta mengumpulkan buku bekas atau baru untuk disumbangkan, baik buku cerita ataupun buku pelajaran. Hari ini saya dan teman2 mewakili Donasi Buku (project #DonasiBukuWaingapu) dan BukuBagi NTT (project Sillu, Kefa, Betun) menerima sumbangan buku dari anak-anak SD Lentera Harapan. Semoga buku-buku ini sangat berguna bagi 6 taman bacaan di Waingapu, taman bacaan di Kefa dan Betun, SD di Sillu. Semoga mimpi kami untuk NTT  "1 kampung 1 taman bacaan" bisa terlaksana. Terimakasih anak-anak dan para guru SD Lentera Harapan Kupang, buku-buku yang kalian sumbangkan akan sangat berguna bagi teman-teman di seluruh NTT. Semoga dengan Pengetahuan yang kalian punya menjadikan kalian menjadi