I love u suamiku |
Saya dan suami ketika pacaran pun secara LDR sehingga terbiasa dengan berjauhan, tetapi ketika sudah menikah ternyata hal itu terasa amat sangat mengganggu saya. Perasaan ketika masih berpacaran sangat berbeda dengan perasaan ketika sudah menikah. Mungkin seperti pasangan-pasangan menikah lainnya, bahwa rasa memiliki ketika sudah menikah itu bisa dikatakan "LEBIH" terasa dibandingkan dengan masih berpacaran. Rasa cinta, rindu, ketergantungan antara satu dengan yang lain terasa sangat berbeda. Hal ini mulai saya sadari ketika memasuki bulan pertama pernikahan saya. Padahal suami saya baru saja selama hampir 3 minggu menemani saya di Kupang karena profesinya sebagai guru sehingga mendapatkan liburan semester. Sampai saat ini pun tetap ketergantungan saya akan suami tidak bisa tertahankan, dan kadang membuat saya tidak bisa tidur dan sering terbangun tengah malam jika seharian tidak mendapatkan kabar darinya.
Banyak hal yang kami lakukan untuk mengobati rasa rindu kami. Komunikasi yang walaupun tidak tiap hari melalui telpon dan sms, saling mengingatkan dan menguatkan ketika salah satu lupa dan sedang sedih dan jenih dengan pekerjaan. Mengirimkan pesan-pesan cinta bak anak muda yang baru pacaran kadang kami lakukan untuk mengingat kembali masa-masa kami pacaran dulu, karena jujur suami dan saya bukan orang yang romantis. bahkan cuma sekedar menanyakan kalimat paling basi sedunia "Sudah makan belum?" Kadang bosan dengan kalimat tersebut tapi disaat-saat lagi kesepian kalimat itu akan terasa bagai air sejuk yang mengalir di tenggorakan ketika kita kehausan.
Beberapa kali saya mengunjungi suami saya ke Jakarta, dan ketika dia mendapatkan liburan juga suami akan mengunjungi saya ke Kupang. Saat-saat berdua kami lalui dengan berusaha semaksimal mungkin untuk mempererat hubungan (chemistry) kami berdua. Kadang ketika saya berkunjung ke Jakarta saya harus menerima bahwa suami saya harus bekerja dari senin-jumat, saya selalu dibawa ke sekolahnnya dan saya akan menunggu di warung kecil di depana sekolah hingga tiba saat nya pulang. Sebenarnya saya tidak ingin ikut, tapi saya tau benar suami saya ingin mengenalkan saya dengan lingkungan kerjanya, murid-muridnya, orang tua murid, juga rekan kerja nya. Begitupun jika suami berkunjung ke Kupang, setiap hari mengantar jemput saya di kantor dan kadang menunggui saya sambil bertegur sapa dan berbincang-bincang dengan rekan kerja saya.
Dan tentunya adalah rasa saling percaya, kepercayaan akan pasangnan masing-masing itu yang selalu saya yakini. Perjuangan kami berdua ketika akan menikah pastinya yang akan selalu menjadi peringatan bagi kami berdua untuk saling percaya dan menyayangi pasangannya.
Sulit rasanya harus menunggu kapan kami bisa tinggal bersama, tapi tetap berharap dan berdoa serta yakin bahwa pasti waktunya akan tiba bagi kami berdua. Segala sesuatu indah pada waktunya.
Salut... semoga tak ada aral melintang antara jarak 3jam penerbangan langsung tersebut. Mudah-mudahan sekali kelak bisa bersama :)
ReplyDeleteSama seperti yang saya alami saat ini, sudah 1 tahun kami menikah dan selama itu pula kami LONG DISTANCE RELATIONSHIP antara Semarang - Jakarta. Semoga kami bisa bersama secepatnya. Begitu juga dengan mbak Inda Wohangara dan suami juga bisa bersama secepatnya.
ReplyDelete